bismillah

11 Mei 2024

author photo

 

 (Bukan Jalan Mereka Yang Sesat)

SESAT 2

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!

Sahabat TAUBI semua    

1. Alfatiha

    Pada ayat ke 7 surah Alfatiha pada kata ihdina shiratha al-mustaqim bermakna tunjukanlah kami jalan yang lurus”. Melihat dari arti kata tersebut, sudah dapat diasumsikan bahwa yang memohon hidayah dari Allah hanya orang-orang muslim. Kemudian disambung dengan ayat selanjutnyaShirathal laziina an’amta ‘alaihim ghair al-magdhub i ‘alaihim wa lad dhaliin bermakna “(yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat. Bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”


    Pada umumnya Tafsir al-Jalalain, Tafsir Al-Qur'thubi, Tafsir Ibn Katsir, dll, menafsirkan al-magdhub (yang dimurkai) ialah orang-orang Yahudi. Sedangkan al-dhalin  (yang sesat) ialah orang-orang Nasrani. Penafsiran seperti ini dihubungkan dengan penjelasan ayat dalam Alquran, seperti al-magdhub dihubungkan dengan ayat, "wagadhiba Allahu 'alaihi wa la'anahu…" (dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya…(QS an-Nisa [4]:93). Sedangkan orang-orang Nasrani dikatakan dalam Alquran, "Qad dhallu min qablu wa adhallu katsiran" (orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia)/QS al-Maidah [5]:77).

 

    Penjelasan terdahulu dikatakan bahwa sesungguhnya Allah SWT lebih menonjolkan diri sebagai "Maha Pengasih Maha Penyayang" (al-Rahman al-Rahim), sebagaimana ditegaskan dalam ayat pertama dan ketiga. Kalangan ulama tafsir sufi (isyari) tidak menyebutkan Allah SWT yang memurkai dan menyesat tetapi para makhluk di sekelilingnya. Tuhan tidak mengatakan, "Gair alladzi gadhab Allah 'alaihim wa la al-dhalin (Bukan (jalan) mereka yang dimurkai Allah dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat). Bagi kalangan mufassir isyari, bentuk ayat tersebut menunjukkan orisinalitas Tuhan yang sesungguhnya bukan pembenci tetapi penyayang.

 

    Cara memahami ayat di atas menurut kalangan sufi, seperti Ibn Arabi (Juz 1 h.9) sbb: "al-magdhub 'alaihim ialah mereka yang terhenti di dalam pengabdian lahiriah dan terhijab oleh nikmat rahmaniyah dan kenikmatan lahiriah. Mereka tidak dapat merasakan kenikmatan lahiriah dan keindahan batin karena terjebak di dalam alam pikiran seperti kaum Yahudi. Jika mereka selalu mengajak kepada kesenangan lahiriah maka sudah tentu akan mendapatkan murka sebagaimana halnya orang-orang yang terhijab oleh hojab-hijab dhulmani, yang menjauhkan dirinya dari Tuhan.

 

    Sedangkan yang dimaksud al-dhalin yaitu mereka yang terjebak di dalam pengabdian yang bersifat serba kebatinan, yang sesungguhnya tidak lain adalah juga menghijab dirinya dengan Tuhan. Mereka juga tidak bisa merasakan kebahagiaan dan kedamaian pari purna karena terlalu berorientasi kepada substansi batiniah, seperti halnya orang-orang Nasrani.

    Jika al-magdhub terhijab dengan hijab kegelapan (al-hujub al-dhulmani) maka al-dhalin terhijab dengan hijab cahaya kesilauan (al-hijab al-nurani). Kedua hijab ini sama-sama menjatuhkan. Hijab dhulmani jatuh karena kegelapan dan hijab nurani jatuh karena kesilauan.

    Orang-orang yang mendapatkan nikmat (shirath al-ladzina an'amta 'alaihim) ialah mereka yang menyeimbangkan kedua kutub pandangan tersebut. Dengan demikian penempuh jalan lurus (al-shirath al-mustaqim) ialah mereka yang menyeimbangkan antara kedua komponen yang berseberangan di atas, yaitu kelompok orang-orang Yahudi yang cenderung lebih rasional dan formal-logic. Hal ini sejalan dengan apa yang sampaikan Tuhan dalam Alquran, "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS an-Nisa' [4]:64-65).

    Penghayatan lebih mendalam terhadap ayat demi ayat surah al-Fatihah menjanjikan ketenangan dan kedamaian di dalam batin seseorang. Nama surah al-Fatihah sendiri sering disebut surah as-Syifa' atau surah penyembuhan dari segala penyakit, baik dari segi tumbuhnya kesehatan fisik maupun kesehatan nonfisik. Jika penghayatan kita terhadap bacaan surah al-Fatihah maka serta merta keajaiban shalat lima waktu akan terasa dalam kalbu.

 

2. Dhalliin

Sadarkah Kita bahwa, Apakah apakah yang maksudkan dengan golongan yang sesat?

Mengapa surat Alfatiha dibaca berulang-ulang setiap Sholat  minimal 17 kali setiap hari.

Hal itu karena Kita SESAT, Surat Alfatiha dibaca berulang-ulang sebagai bentuk  Permohonan seorang Hamba kepada Allah SWT agar Kita jangan dimasukkan ke dalam Golongan yang sesat ‘Doolliin

Pada ayat ke 7 surah Alfaatiha pada bagian akhir yaitu "Waladdhooolliiin" yang artinya "bukan jalan orang-orang yang sesat."

Sahabat Taubi.

 Tahukah kita siapa yang Allah maksud dengan orang-orang yang sesat pada ayat ini ?

Doolliin bermakna golongan orang-orang yang sesat. Artinya mereka telah berada dalam petunjuk tapi mereka mengabaikan dan merasa benar. Sungguh inilah ciri-ciri orang sebenar sombong. Maka dengan tegas dapat dipastikan bahwa ciri sesat itu adalah sombong.

Allah telah berkehendak (menetapkan) bahwa nabi Adam AS dicipta sebagai manusia pertama yang mengalami hijrah (berpindah) dari alam akhirat (surga) menuju alam dunia fana ini. Kisah nabi Adam AS bersama istrinya, Siti Hawa yang bermula menetap di surga lalu turun ke dunia disebabkan sifat lalai (goflah) sehingga berbuat pelanggaran (sesuatu yang dilarang).

.

3. Konklusi dan Solusi  

    Doolliin adalah golongan orang-orang yang sesat. Artinya mereka telah berada dalam petunjuk tapi mereka mengabaikan dan merasa benar. Maka dengan tegas dapat dipastikan bahwa ciri sesat itu adalah sombong.

    Mari kita evaluasi dan memperbaiki diri dengan hindari sejauh mungkin sikap sombong, merasa paling benar sehingga menganggap rendah orang lain. Tanyakan pada diri, ‘Apakah Kita termasuk golongan yang sesat?’ Semoga Allah memberi kita kesempatan untuk keluar dari golongan Dollin sebelum ajal menjemput.

Wallahua’lambisshawab.

Assalamualaikum Warhamtullahi Wabarakatuh.

Referensi:

https://www.taubi.my.id/alfatiha

https://www.taubi.my.id/alfaatiha-ayat-73



https://www.taubi.my.id/hikmat-1-juli-2022 

https://tanwir.id/mengurai-makna-al-maghdub-dan-dhaliin-dalam-al-fatihah/ 

https://www.republika.co.id/berita/o3ioqe1/makna-spiritual-shalat-25-siapa-itu-almagdhub-dan-aldhalin 

 

 

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement