Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!
Shabat Taubi yang dirahmati Allah SWT,
1.
Musuh Diri: Nafs
Musuh bermakna lawan, siteru, sesuatu yang mengancam atau
yang merusakkan (wikipedia). Musuh yang dimaksudkan itu adalah apa saja yang
menjadikan diri celaka, merugi, binasa, baik itu dari luar maupun dari dalam
diri. Bila musuh dari luar diri sendiri sangat mudah diantisipasi, tetapi ancaman
musuh dalam diri jauh lebih berbahaya karena tidak diketahui dan tidak disadari,
apa itu? Itulah hawa nafsu.
Kata nafsu (bahasa arab, ﺲﻔﻨﻟا ) atau an-nafsu bermakna makna
jiwa, ruh, mata yang jahat, darah, jasad, diri orang, hasrat dan kehendak jiwa,
ruh, mata yang jahat, darah, jasad, diri orang atau keinginan, kecenderungan,
atau dorongan hati. Nafs adalah dimensi manusia yang berada di antara roh dan
jasmani. Di kalangan ahli sufi, nafs diartikan sesuatu yang melahirkan sifat
tercela. Al-Ghazali, misalnya menyebut nafs sebagai pusat potensi marah dan syahwat pada manusia dan NAFS sebagai
pangkal dari segala sifat tercela. (Jumantoro, 2005:158)
Diri dan nafsu adalah musuh diri kita.
Hal ini disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW pada riwayat setelah perang Badar "Kalian
telah pulang dari suatu jihad kecil menuju jihad besar.” Sahabat pun bertanya,
“Apakah jihad yang lebih besar itu, wahai Rasulullah?” Jawab beliau, “Jihad
melawan hawa nafsu.”
Hawa nafsu sebenarnya memiliki kekuatan yang luar biasa
dahsyat yang menjerumuskan Diri hingga ke akherat. Karena, nafsu amarah,
yang selalu mendorong pada keburukan atau kemaksiatan. Nafsu lawwamah, yang
sudah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya, namun masih banyak
terpeleset dalam perbuatan maksiat. Nafsu
mulhamah, mengenali kotoran halus seperti riya, ujub, sombong, dengki,
cinta dunia, dan penyakit-penyakit batin, dan Diri Kita terjebak dan tidak bisa
lepas dari kotoran-kotoran halus itu." Dan Nafsu muthmainnah, Pada QS. Al-Fajr (27-30).
panggilan Allah SWT, “Hai jiwa muthmainnah (yang tenang). Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam
jamaah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurga-Ku.”
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT pada (QS:Surat Yusuf:53).
۞ وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ
بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Wa
mā ubarri`u nafsī, innan-nafsa la`ammāratum bis-sū`i illā mā raḥima rabbī, inna
rabbī gafụrur raḥīm, yang artinya:
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh Tuhanku.
2. Konklusi dan Solusi
Said Hawwa (2010:229) ada
empat cara dalam mensucikan nafsu itu. Orang- orang yang membicarakan pilar
mujahadah pasti akan menyebutkan empat pilar ini yaitu; uzlah (menjauhi
kesesatan), diam (tidak bicara jika tidak perlu), melaparkan perut, dan begadang
untuk beribadah.
Jadi, siapakah Nafs? Nafs
adalah potensi marah dan syahwat pada
manusia dan NAFS sebagai pangkal dari segala sifat tercela yang tidak
terkendali selalu akan menyeret manusia kedalam jurang kehancuran, kebinasaan
dan kehinaan.
Siapa yang tidak
sadar akan hal tersebut, maka pastinya akan membawa manusia kepada balasan
berat dari Allah, yaitu neraka.
Wallahua’lambisshawab.
Assalamualaikum
Warhamtullahi Wabarakatuh.
Referensi:
https://id.wiktionary.org/wiki/musuh
https://tafsirweb.com/3791-surat-yusuf-ayat-53.html
https://www.taubi.my.id/berhala-dalam-diri
https://www.taubi.my.id/berhala-dalam-diri-uji
Jumantoro, Totok dan Samsul Munir Amin. 2005. Kamus Ilmu
Tasawuf. Jakarta: Amzah.
Hawwa, Said. 2010. Tarbiyah Ruhiyah: Menempuh Perjalanan
Menuju Allah (terj) Tarbiyatuna Ar- Ruhiyah. Jakarta: Aula Pustaka.
This post have 0 comments
EmoticonEmoticon